Kamis, 04 April 2013

Tentang Kehilangan

Ainul Jihad Nurdin
HMI Komisariat Fakultas Ekonomi UII

Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang tak pernah bisa lepas dari berbagai macam masalah, karena memang manusia memiliki hobby dalam membuat masalah, dan masalah yang dibuatnya tersebut tentunya nanti akan berdampak pada diri pribadi pembuatnya maupun berdampak pada yang lainnya. Terlepas dari baik dan buruk atau pun untung dan rugi dampak yang muncul dari sebuah masalah, sesungguhnya masalah itu datang sebagai ujian bagi manusia agar manusia dapat memperbaiki dirinya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan sebagai peringatan agar manusia sadar dan tak lagi mengulangi kesalahan maupun kelalaian yang diperbuatnya.


Manusia memang akan menghadapi setiap masalah sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya, sehingga tidak mengherankan jika manusia yang satu dengan manusia yang lainnya akan menghadapi masalah yang berbeda-beda. Dari berbagai macam masalah yang dihadapi oleh kita sebagai seorang mahluk Tuhan ternyata terdapat sebuah masalah besar yang perlu untuk kita khawatirkan bersama, karena kerap kali masalah ini akan membuat kita sebagai mahluk tuhan menjadi lupa dan bahkan “buta”. Masalah ini tidak lain adalah apa yang sering disebut sebagai “Kehilangan”.

Berbicara tentang masalah kehilangan tentu bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita, karena memang hampir semua dari kita pernah mengalami yang namanya kehilangan. Sebagai seorang manusia, masalah kehilangan menjadi masalah yang terkadang tak ingin kita jumpai dalam hidup ini, karena masalah ini membuat sesuatu yang kita miliki dan yang kita cintai akan menghilang dari kita. Jika ada yang bertanya pada kita “apa yang hilang?” maka uang, cincin, kalung, sandal, sepatu, celana, baju, handphone, laptop, sepeda motor maupun mobil, bahkan kedudukan, jabatan atau pun seorang kekasih akan menjadi sebagian dari sekian banyaknya jawaban yang akan kita berikan dari pertanyaan tersebut.

Meskipun kita memiliki jawaban yang berbeda-beda dari pertanyaan “apa yang hilang?”, namun kita akan sepakat bahwa hilangnya sesuatu yang kita miliki itu akan membuat kita merasa sedih, tak rela, dan bahkan marah bila kita mengetahui sesuatu yang kita miliki itu hilangnya karena diambil secara paksa maupun secara diam-diam dari kita. Apa lagi jika yang hilang itu adalah sesuatu yang sangat kita cintai dan butuhkan, tentu akan membuat kita semakin sedih, tak tenang, menangis, semakin tak rela, semakin marah, membuat pikiran terus memikirkannya yang akhirnya menjadi beban bagi pikiran itu sendiri, dan bahkan ada yang membuat sebagian dari kita menjadi gila.

Wajar memang jika seorang manusia tak ingin berjumpa dengan masalah kehilangan, karena akan memberikan dampak yang buruk bagi siapa yang mengalaminya. Namun bagaimana jika pertanyaan “apa yang hilang?” tadi ditanyakan ulang kepada kita dan ternyata kita memiliki sebuah jawaban yang sama dari pertanyaan tersebut, yaitu IMAN. Hilangnya iman dari diri seorang manusia tentu akan menjadi hal yang sangat ditakutkan, sesuatu hal yang tak ingin dirasakan, sesuatu yang tak ingin dialami oleh seorang mahluk Tuhan yang sadar. Karena memang imanlah yang akan menjadi penerang bagi manusia dalam menjalani kehidupanya di dunai ini, menjadikan manusia selalu menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang mahluk yang suatu saat akan kembali kepada Tuhan-nya.

Lalu bagaimana dengan kita yang telah kehilangan uang, kalung, cincin, hadphone, laptop, sepatu, baju maupun mobil tadi. Bagi kita yang telah kehilangan harta, jabatan atau pun seorang kekasih yang dimiliki dan yang dicintai, adakah kita juga akan bersedih, menangis, tak rela, khawatir dan takut bila iman telah hilang dari diri kita?

Dalam hidup ini, sering kali kita menempatkan iman bukanlah sebagai hal yang berharga, bahkan tak lebih berharga dari sebuah sandal jepit. Sehingga bila iman itu hilang, kita tidak bersedih dan tidak pula menangis, bahkan kita masih bisa tersenyum dan bercanda karena kita merasa tak ada sesuatu yang berharga yang telah hilang dari kita. Begitu pula dalam melakukan aktivitas kita, kadang kala kita lebih membutuhkan hanphone maupun mobil dari pada iman, sehingga kita tak pernah merasa takut dan khawatir bila iman kita akan diambil secara paksa maupun secara diam-diam oleh para setan pencuri dari kita, oleh setan-setan penggoda yang tak pernah rela bila iman tertanam kuat dalam qalbu manusia.

Hilangnya iman dari diri kita sudah seharusnya menjadi sebuah masalah besar yang harus kita khawatirkan bersama, sebuah masalah yang harus mulai kita perhatikan secara terus menerus. Karena apa jadinya dunia ini bila diisi oleh manusia-manusia yang telah kehilangan iman, bukankah kita tahu bila iman telah hilang dari diri kita, kita pun akan mulai melupakan Tuhan kita, kita juga mulai tak sadar bahwa kita hanyalah mahluk ciptaan Tuhan yang diberikan tanggung jawab untuk mengurusi bumi ini. Akhirnya kita pun mulai berbuat sesuka hati, menumpahkan darah diantara sesama, merusak alam demi memenuhi keinginan napsu yang tak pernah terpuaskan, menyuarakan yang munkar dan kemudian yang ma’ruf pun kita tinggalkan.

Sebagai seorang mahluk ciptaan Tuhan yang telah mendapatkan limpahan nikmat dari Tuhan, sudah seharusnya kita tak hanya membutuhkan dan mengkhawatirkan harta dan jabatan yang kita miliki maupun orang-orang yang kita cintai semata, tatapi juga kita seharusnya mulai membutuhkan dan menghkawatirkan iman kita, hingga kita akhirnya dapat menjaga iman kita agar tak hilang dan tetap berada dalam diri kita, yang kemudian menuntun kita menjadi mahluk ciptaan Tuhan yang dapat menjalankan tanggung jawabnya di muka bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar