Kamis, 04 April 2013

Jangan takut, Jangan Khawatir : Sebuah Refleksi Pemikiran Haji Misbach dalam Menentang Sistem Kapitalis

Oleh:Arip Hidayat[i]

Suroto,ketua lembaga perkoperasian indonesia menulis dalam opininya ( kompas 25/4/11) bahwa,rancangan undang-undang (RUU) perkoperasian kita yang sudah diproses selama 10 tahun kini sedang digodok di DPR,dan telah ditetapkan dalam agenda legilasi tahun ini.tapi siapakah yang menyangka kalau RUU perkoperasian yang sudah menjadi barang setengah jadi tersebut sarat dengan kapitalistik.


Sungguh aneh,koperasi sebagai representasi sistem yang berbasis pada orang ( rakyat)  sekaligus ia merupakan bentuk perlawanan terhadap kegagalan sistem kapitalisme yang berbasis modal,kini RUU-nya telah dirancang  dengan substansi yang kapitalis,yang hanya akan mengakibatkan kemandulan terhadap sistem koperasi itu sendiri.seperti kelemahan menerjemahkan substansi filosofi dari jati diri koperasi yang menyangkut definisi,nilai-nilai,dan prisipnya sebagai karakter yang khas (pasal 1-4),menyangkut pendirian koperasi ( pasal 9),definisi anggota yang hanya menjadi pengguna jasa ( pasal 26) dan kedudukan pengawas yang dominan dan lebih mirip model korporat kapitalis yang digerakan dalam basis kendali investor ( pasal 48-49).

Inilah potret dunia perkoperasian negara kita,para elit negara seakan beranggapan,kalau sistem yang sedang mereka proses laksana”Es campur”yang harus dicampur aduk untuk mendapatkan rasa yang nikmat,yang menghilangkan dahaga ditengah teriknya panas ambisi kekuasaan anggota dewan,tetapi mereduksi nilai-nilai,ruh,karakter,substansi serta orientasi koperasi sebagai basis ekonomi masyarakat akar rumput.

“jangan takut,jangan khawatir”!retotika ampuh yang sarat dengan ruh partiotisme ini pernah membuat pemerintah Hindia belanda “asma”sekaligus membuat gentar pemerintahan Paku Buwono X yang dinilai mendukung kapitalis belanda dalam menindas para petani dan memonopoli ekonomi rakyat pribumi miskin,sehingga memaksa Haji Misbach,sang orator,harus merasakan sempitnya jeruji besi pada masa pemerintahan kolonial.

Haji Muhammad Misbach yang bernama asli Darmodiprono,lahir di kauman,surakarta pada tahun 1876 adalah seorang pejuang rakyat miskin yang menentang keras sistem kapitalisme yang dibawa pemerintah kolonial Hindia Belanda sebagai media penindasan ekonomi kaum pribumi,walau namanya tidak dikenal sebagaimana Tan Malaka,atau tokoh muslim lainnya,hal ini dikarenakan dia dianggap sebagai tokoh muslim kiri yang dalam perjuangannya menentang sistem kapitsalis banyak mengadopsi pemikiran karl marx.

Namun,kemuslimannya yang dianggap kiri oleh sebagian orang,hal itu tidaklah merubah integritas,kapabilitas,serta kaliber seorang Misbach sebagai icon pejuang kaum papa yang dicatat sejarah sebagai realitas perjuangan yang tidak terbantahkan.ekstrimitas sikap Misbach membuat ia ditangkap 7 mei 1919 setelah melakukan belasan pertemuan”kring”( subkelompok petani perkebunan ),karena orasi-orasinya yang sarat dengan perjuangan segera memicu kesadaran petani untuk mogok kerja yang mana hal ini cukup membuat risih pemerintah kolonial,sehingga sang pejuang untuk yang kedua kalinya ditangkap bahkan dibuang ke Digul ( Irian Jaya ).

Maka semangat seperti inilah yang kini harus dimiliki oleh generasi para pejuang yang membela ekonomi kerakyatan dalam memerangi sistem kapitalis yang kian hari kian akut keberadaanya,menggerogoti sosial ekonomi masyarakat bangsa ini,dan menjajah bangsa ini,menjadi  bangsa yang menjadi kuli di negeri sendiri.

Pertanyaanya,akan dibawa ke manakah arah dan tujuan dunia perkoperasian negara ini dimasa yang akan datang? Siapaka pejuang yang akan selalu membela ekonomi-ekonomi masyarakat akar rumput yang keberadaanya semakin termarjinalkan? sebuah pertanyaan fundamental yang otomatis akan terjawab sepuluh sampai dua puluh tahun yang akan datang oleh para generasi penerus bangsa ini,yang saat ini masih balita ( baca; mahasiswa ) yang akan menakhodai bahtera republik negara ini sekaligus sistem perekonomiannya dimasa yang akan datang.semoga misbach-misbach diabad ini bermunculan kembali dengan satu tujuan perubahan,Jangan takut,Jangan khawatir..!



[i] Penulis adalah mahasiswa FAI-EPI UMY 2010
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FAI UMY,
Aktif di lembaga kajian agama dan swadaya masyarakat (LeKas) Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA),Krapyak,Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar